JAM

SELAMAT DATANG DI WEBSITE SAYA TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA

Sabtu, 09 Maret 2013

Kehilangan

Iba hati ini tatap dikau yang tersayang
Menangis batin ini mendengar lemparan sinis padamu
Tundukkah engkau sekarang
Tak ada!!!
Di mana rakyat yang dulu saling menolong
Di mana ramah tamah yang dipuja seisi dunia
Di mana rasa tenteram kala tidur di teras rumah
Tak ada!!!
Ke mana langkah kaki kuberjalan
Di mana aku kini tinggal
Tak tentu arah dan tujuan
Aku tak lagi mengenal engkau
Tebing tinggi pemisah telah berdiri
Miskin dan kaya jelas terbentang
Mana rasa saling menghargai
Mana rasa saling mengasihi
Tidak ada!!!
Yang kaya busungkan dada kebesaran
Yang miskin terpuruk dalam gelapnya hidup
Pemimpin tak lagi amanah
Nama rakyat dijadikan tameng lelucon
Tak sanggup!!!
Ke mana Negara yang kaya berlimpah ruah
Ke mana Bhineka yang diagungkan itu
Seakan lemah tergerus roda demokrasi
Tikus-tikus menjadi raksasa
Penjahat di tanahnya sendiri
Pancasila sudah musnah
Janji hanya bualan kosong
Sumpah jadi alasan
Menangis tak tertahan lagi
Tak ada lagi yang mengenal engkau wahai garuda
Tak ada lagi keagunganmu Indonesia
Bahkan di mata rakyatmu
Kau hanya impian semu

Doamu Untukku

Ibu…
Kau matahari hidupku
Kau terang dalam gelapku
Kau air dalam hausku
Ibu….
Sembilan bulan aku dalam tubuhmu
Berat langkah bagai tak ada
Dengan tenang kau bawa aku
Simponi cinta yang kau torehkan
Musik jiwa tersentuh dalam diam
Berjuang pertaruhkan hidupmu
Hanya agar aku lahir melihat isi dunia ini
Ibu…
Tak henti kau tengadah
Kau minta pada tuhan…
Kau doakan aku selalu bahagia
Ibu…
Surga dunia dan akhiratku
Doamu selalu membawaku dalam berkah
Membawa aku dalam lindungan Illahi
Ibu…
Kala kusedih kau selalu siap menopang tubuh lemahku
Tubuh yang berlumur dosa padamu bu…
Tubuh yang selalu durhaka padamu..
Ibu…
Doamu yang lunturkan dosaku
Ridho mu menjadi ridho tuhan untukku
Tanpa doamu aku celaka
Ibu…
Aku sujud padamu…
Aku berterima kasih padamu…
Tanpa doa-doamu…apalah aku…

Dalam Tunduk

Merasa malu…
Dalam hidup nyata tiada makna
Tiap langkah kaki berlatarkan takut
Mengingat semua khilaf yang ada
Tak pantas bila selalu tengadah
Sedang di hari-hari selalu mengulangi
Salah yang sama, dosa yang lagi dan lagi
Merasa besar dalam kubangan lumpur hina
Hanya dapat tertunduk…
Menutup wajah
Merasa tak pantas hidup
Namun mati pun aku takut
Tuhanku beri aku hidayahMu..
Dalam setiap langkah kakiku
Menghamparkan sajadah
Dalam tunduk aku bersimpuh
Malu rasanya aku selalu meminta
Namun dengan kebaikanMu Tuhan
Dosaku bisa terhapus…
Tanpa sisa…
Hanya dengan bertaubat
Memohon ampun
Mengakui segala kesalahan
Tuhan dengan mudah memaafkan umatNya

benci

habis ini...
temaram sudah...
kali ini...
aku terlelah...
kubertopang hati dalam hampa...
kupejamkan mata dalam bayang
memeluk pekik pedih rasa ini..
pergi... ku tak mau lagi...
terhempas jauh
di dasar dunia tak bertepi...

Perbedaan itu Warna

Beda...
Bentangkan jarak kau dan Aku
Hempaskan rasa terabaikan
Memutus kesatuan
Apa yang salah dengan kata beda
Satu kata empat huruf
yang buat kita merasa tak layak
Menjalin sebuah keselarasan
Apa semua harus sama?
Apa semua harus iya
Bukan... Bukan itu...
Perbedaan adalah warna
Selaksa makna dalam beda
hitam putih...
Bertemu jadi satu

Hidupku

hidup sebuah jalan yang panjang
bila dijalani perlahan, terasa nikmatnya
bila dijalani terburu-buru, akan terjadi tabrakan
hidup penuh problema...
hidup bukan pilihan
hidup itu takdir yang mengalir
tak bisa kembali dan harus terus melaju
hidup adalah anugerah nyata
hidup adalah ibadah
kamu juga sama
kau adalah hidup dalam hidup
bersemayam nyata dalam kalbu
mencintaimu juga hidup bagiku
karena tanpamu aku hanya pohon kering nyaris roboh
dalam diriku ada dirimu
yang tak henti bimbingku dengan doa
syair hidup penuntun jiwa
seketika rimbun dengan kata makna
dalam singkat penuh juang
untuk menuju hari kekal

Kali ini

Tuhanku...
halusnya Kau ketuk aku
hingga terbuka sudah pintu hatiku
berdiri pada kaki kali ini
berpijak kokoh dalam tegak
Tuhan...
sejuknya air yang Kau berikan
menjadikan aku lelap dalam khusyu'
inilah ridhoMu
Kali ini tak ada sesal
tak ada gelisah
meski diri masih pekat
tetap Kau tuntun jalan pulang
Kali ini
Kau berikan Rahmat
Hidayah pada tinta hitam
selembar kain penutup Aurat...